Minggu, 01 Januari 2017

Inilah Daftar 5 Film Paling Mengecewakan di Tahun 2016, Sudah menonton ???

Sepanjang tahun 2016, banyak film yang sudah lama dinantikan akhirnya rilis juga. Namun tak sedikit dari film-film tersebut ternyata mengecewakan dan tidak sesuai harapan. Berikut beberapa film paling mengecewakan di tahun 2016 :

Batman v Superman


Lanjutan film "Man of Steel" sekaligus gerbang menuju DC Extended Universe ini mungkin adalah film paling mengecewakan sepanjang tahun 2016. Digadang-gadang akan menjadi sebuah film kolosal berkelas dengan kualitas naskah setara film-film pemenang Oscar, Batman v Superman justru berakhir tragis. Film yang disutradarai oleh Zack Snyder dan ditulis naskahnya oleh Chris Terrio ini mendapat sambutan buruk dari berbagai kalangan masyarakat dan kritikus film. Film ini dituduh hanya mengeksploitasi nama besar Batman dan Superman tanpa mengemasnya dengan naskah berbobot. Naskah yang bertele-tele dengan banyak plot hole, inkonsistensi karakter, dan hal-hal tidak logis menjadi alasan kenapa film ini mendapat respon negatif. Tak heran jika film ini disebut-sebut hanya mendompleng nama besar Batman dan Superman guna meraup untung sebanyak-banyaknya.

Suicide Squad


Satu lagi film dari DC Extended Universe dan satu lagi kekecewaan yang dirasakan penonton tahun ini. Film yang disutradarai oleh David Ayer ini justru berakhir lebih tragis daripada Batman v Superman. Film yang berkisah tentang musuh-musuh Batman yang bersatu untuk mengalahkan satu makhluk ghaib yang mengancam Gotham City ini menjadi kacau akibat tidak adanya film-film solo Batman yang bisa menjadi origin story bagi tiap-tiap anggota Suicide Squad. Alhasil, origin story bagi tiap anggota secara paksa dijelaskan melalui kepingan-kepingan flashback yang membuat fokus cerita menjadi buyar dan kacau balau. Semua diperburuk oleh jokes super garing yang tidak membuat tertawa dan malah membuat kita tersenyum geli. Cerita sederhana tentang penyelamatan Gotham City yang harusnya ringan dan menghibur justru berubah menjadi sajian hancur lebur yang kacau balau oleh kepingan flashback, jokes garing, dan dialog-dialog canggung.

X-Men: Apocalypse


Nama besar Apocalypse sebagai musuh utama X-Men tentu meningkatkan daya tarik film ini sehingga secara popularitas, film ini cukup mampu bersaing dengan Batman v Superman dan Captain America: Civil War. Namun lebih menyerupai Batman v Superman, film ini jatuh akibat naskah yang lemah dan hanya mengandalkan nama besar X-Men dan Apocalypse semata. Dasar cerita yang seharusnya bisa lebih singkat dan padat, dibuat berbunga-bunga dengan tumpukan konflik dan lapisan cerita yang dipaksakan untuk berdampingan. Terlalu banyak cerita ditumpuk tanpa eksplorasi berarti lalu berakhir dengan konklusi yang tidak memuaskan. Film ini seolah menodai kesuksesan 2 prekuel X-Men sebelumnya (First Class dan Days of Future Past), mengembalikan franchise X-Men ke era "The Last Stand".

Warcraft


Kesuksesan suatu brand dalam media video game sama sekali tak menjamin kesuksesan brand tersebut dalam media lain terutama film layar lebar. Itulah kalimat yang tepat disematkan pada Warcraft. Film yang diadaptasi dari video game paling hits selama beberapa tahun terakhir ini justru berakhir kekecewaan. Naskah yang minim emosi membuat sensasi film ini terasa begitu nihil. Cerita yang datar dan dangkalnya penggalian karakter berujung kejanggalan sepanjang film karena inkonsistensi karakter yang berulang kali terjadi seiring berlangsungnya cerita. Kritisi serupa pantas dialamatkan juga pada eksposisi cerita yang potensial membuat penonton tanpa pemahaman mengenai game-nya kebingungan, padahal filmnya mengusung cerita amat generik. Bagai diajak menjelajahi negeri antah berantah penuh makhluk aneh dan istilah-istilah asing plus setumpuk mitologi tapi tidak diberikan guidance/panduan guna melalui semua itu, penonton awam akan tersesat dalam kebingungan dan kebosanan sepanjang film.

Assassin's Creed


Usaha menciptakan film adaptasi video game yang berkualitas masih berlanjut. Namun deretan video game yang diangkat ke layar lebar masih terus berakhir buruk, dari mulai Mortal Kombat, Resident Evil, Prince of Persia, Warcraft, sampai Assassin's Creed. Belum ada film adaptasi video game yang berakhir sukses. Bahkan Assassin's Creed berakhir lebih buruk daripada Warcraft, film ini mendapat respon yang jauh lebih negatif. Cerita yang dangkal dan karakterisasi yang lemah menjadi kekurangan klise yang terus diulangi di setiap film-film adaptasi video game. Namun satu hal yang jelas tidak dimiliki film ini adalah kemampuan untuk menghibur. Sebuah film yang lemah di berbagai sisi tanpa kemampuan untuk menghibur jelas bisa disebut sebagai kegagalan total.